Kenapa Harus Makan?


"duh! bosen gue! ngapain sih makan mulu. capek tau gak? cari duit, kumpulin harta, salah satu tujuannya cuman buat makan doang!
kalau mau hemat: beli bahan-bahannya, masak dulu, baru bisa makan.
oke lah gak perlu masak,
tapi kan tetep butuh duit, terus keluar rumah. Harus kasih effort untuk beli makanan. Naik kendaraan, kan pake bensin. terus cari parkir, pas nyampe tempat makan nih,
duuuhhh... antri dulu, pesen dulu, baru bisa makan.
Terus, gak nyampe nunggu berhari-hari pasti udah dikeluarin lagi. kan aktivitas yang sia-sia ya? meletihkan, mending gak usah makan!!" 
- Anonim


Kasihan tidak anda membaca keluhan anonim itu?
Kira-kira apa yang salah dari dia?
dibilang tidak pintar, tapi bisa tuh dia perhitungan
dibilang pemalas, tapi dia masih mau usaha cari atau bikin makanan. 
lalu salahnya apa? 

Hemat saya, manusia anonim di atas bukan manusia pemalas, dan tidak sepenuhnya tidak pintar. Dia hanya tidak memaksimalkan akal sehat yang dia punya. Dia tidak berpikir lebih serius, lebih mendalam. Kasihan memang.

Jika dia memaksimalkan akal sehat yang dia miliki, Dia tidak akan mengeluh akan suatu kebutuhan dia dimana dia mampu untuk melaksanakannya. Dia tidak akan merasa keberatan untuk mengunyah makanan, karena dia tahu, itu sebuah proses yang ia butuhkan, badannya butuhkan. Adapun jika ada perintah mewajibkan untuk makan, itu juga tidak membebani dirinya sampai ia mengeluh, namun jika masih berat rasanya untuk berusaha mendapatkan makanan, mengunyah, hingga menelan, ini murni karena dia tidak sadar bahwa ia membutuhkan aktivitas makan tersebut. 

Begitulah saya memandang beribadah dalam Islam. Islam sebuah kebutuhan untuk saya. Saya membutuhkan Islam untuk keselamatan badan dan jiwa saya, maka saya akan senantiasa mencoba lakukan yang terbaik dalam beribadah, atas alasan kebutuhan.

"lalu kenapa Islam? kan agama ada banyak"
Salah satu alasan utamanya pasti karena ini. Dan saya pun menggunakan potensi akal sehat saya untuk berpikir. Jangan katakan "semua agama itu sama". Toh jika sama, kenapa teman yang non-Islam enggan masuk Islam? kan kata beberapa golongan "agama itu sama"? ðŸ™‚
kenapa saya tetap dengan Islam dan kawan saya tetap dengan agamanya?
karena kami sama-sama menemukan adanya perbedaan.

Tapi berbeda bukan berarti musuh.
Islam malah menyeru untuk melindungi mereka yang berbeda dan berbuat baik kepada mereka.
Dari Amr bin Syu’aib dari ayahnya, ia berkata:
Aku menyembelih kambing untuk Ibnu Umar dan keluarganya. Ibnu Umar berkata: 
“apakah engkau sudah hadiahkan kambing ini juga kepada tetangga kita yang Yahudi itu?”.
Mereka berkata: “Belum”. Ibnu Umar berkata: “berikan sebagian untuk mereka, karena mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: ‘Jibril senantiasa mewasiatkan aku untuk berbuat baik pada tetangga, hingga hampir aku menyangka tetangga akan mendapatkan harta waris” (HR. Tirmidzi 1943, dishahihkan oleh Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wadi’i dalam Shahih Al Musnad 797).


Idola / Panutan / Teladan Islam, Nabi dan Rasul terakhir, Muhammad saw mengajarkan menjunjung tinggi kemanusiaan, sekalipun itu kepada 'mereka yang berbeda'. 
Dalam sebuah riwayat disebutkan. Dari Ibnu Abu Laila bahwa ketika Qais bin Saad ra. dan Sahal bin Hunaif ra. sedang berada di Qadisiyah, tiba-tiba ada iringan jenazah melewati mereka, maka keduanya berdiri. Lalu dikatakan kepada keduanya: Jenazah itu adalah termasuk penduduk setempat (yakni orang kafir). Mereka berdua berkata: Sesungguhnya Rasulullah saw. pernah dilewati iringan jenazah, lalu beliau berdiri. Ketika dikatakan: Jenazah itu Yahudi, 
Rasulullah saw. bersabda: Bukankah ia juga manusia?
(Shahih Muslim No.1596)

"itukan takdirmu, kamu sudah terlahir di keluarga Islam, bagaimana yang tidak?"
Sebelum saya jawab, ada baiknya kita memahami apa takdir itu di sini.

Membahas jauh tentang takdir tidak lepas dari aktivitas/keadaan makhluk-makhluk Tuhan, manusia salah satunya. Membahas aktivitas manusia di dunia, berarti kembali lagi dengan kenapa manusia ada di dunia, kembali lagi hingga kenapa Adam diturunkan ke dunia. Jauh lagi sebelum itu, kembali lagi kepada sejarah penciptaan Adam dan perkara Iblis yang sombong. Iblis salah satu makhluk ciptaan Tuhan. Pada awalnya Iblis adalah makhluk yang taat. Karena sifat hasad yang ia pupuk menjadikan ia ingkar kepada Tuhannya. Perintahnya sederhana, sujud kepada Adam. Iblis lalu menolak dan membangkang lantaran keangkuhan dirinya. Mundur jauh lagi sebelum kejadian fenomenal itu, sebelum Allah menciptakan semuanya, Allah menciptakan pena. Dengan pena itu ditulislah segala yang akan terjadi, tertulis pada Lauhul Mahfudz, dan apa yang makhluk-makhlukNya kerjakan tidak menyimpang/keluar dari ketentuan yang sudah Allah tetapkan.

Mari membumi. Kembali lah hingga Allah mengutus para nabi dan para rasul pada zaman-zaman kenabian dan kerasulan mereka masing-masing. Tujuannya hanya satu : menuntun anak-cucuk Adam agar tidak tersesat - selamat di dunia dan di akhirat. Hingga pada akhirnya diutus Muhammad menjadi nabi dan rasul terakhir, dimana berita atas informasi tanda-tanda kenabian dan kerasulan Muhammad sudah diketahui oleh ahli kitab sebelumnya.

Islam ditentukan sebagai agama terakhir untuk menyempurnakan kitab-kitab atau ajaran-ajaran nabi atau rasul sebelumnya. Dengan kesempurnaannya ini, Islam menegaskan tidak adanya lagi nabi atau rasul setelahMuhammad. Sejatinya, hadirnya Muhammad dan Al-qur’an di muka bumi ini, terpenuhilah kebutuhan petunjuk umat manusia hingga akhir zaman. Muhammad menjadi rahmat yang menyampaikan kabar gembira, memberikan petunjuk menjalani kehidupan, agar umat manusia bahagia di dunia dan di akhirat.
            
Allah mengetahui apa yang ada di masa lalu dan masa depan dengan keluasan ilmuNya. Jangan bandingkan dengan kita, manusia yang sangat dzolim dan sangat bodoh. Jangan bandingkan ilmu/pengetahuan manusia yang sangat kecil ini dengan Tuhan Yang Maha Agung. Saya yakin anda tidak lupa betapa kecilnya kita. Anda pasti ingat saat anda hendak landing dari pesawat terbang. Dari jendela anda mengintip keluar. Mobil-mobil yang hilir mudik seperti mobil mainan di dalam maket kelurahan. Bus dan truk besar terlihat kecil sekali, dimana manusianya? 🙂
itu baru terlihat dari atas pesawat yang sejatinya masih berada di dalam bumi yang sangat kecil jika dibandingkan dengan alam semesta. Bagaimana manusia dari langit ke tujuh? 

Menyambung mengenai agama turunan, tidak masalah anda lahir dari orang tua beragama apa. Ini sekaligus menjelaskan bahwa kenapa ada kaum muslimin yang disebut "Islam KTP" hanya karena mengandalkan keislamannya dari orang tuanya, tanpa belajar lebih banyak. Jika hal ini terus dianggap remeh, maka wajar, bila mereka yang seakan Islam KTP itu tidak memahami betul kenapa (bagi pria khususnya) sebaiknya shalat lima waktu di masjid, ditambah shalat sunnah, kenapa harus puasa, kenapa harus ibadah ini-itu, kenapa ada banyak muslim yang sanggup bangun malam untuk tahajjud dan menunggu adzan subuh. 

Mereka tidak membuka cakrawalanya, atau sepengalaman saya, mereka tidak memahami inti dari ibadah mereka, bacaan-bacaan shalat mereka dan makna ibadah-ibadah yang lain. Namun jika ia memahami agamanya, ia akan merasa membutuhkan Agama Islam tersebut untuk meraih hati-Nya. Maka tidak jarang ditemukan fenomena #Hijrah bagi mereka-mereka yang baru tahu, kenal, paham, dan menikmati beragama Islam. Mereka tidak lagi mengeluh, mereka taat, tidak mendebat perintah Tuhan, dan tidak merasa berat dalam beribadah, sebagaimana wujud dari tujuan manusia diciptakan

Pun ternyata jika kita sudah sepakat awal mula sejarah manusia di bumi kembali kepada kisah Nabi Adam as, lalu ditambah dengan mengikuti petunjuk-petunjuk yang ada, akal sehat kita belum tentu akan mendatangkan iman atau islam untuk diri kita, kenapa? karena sifat akal itu sendiri yang bersifat subjektif seperti yang dikatakan Nuzul Dzikri di suatu kesempatan di kajian rutinnya di Masjid Nurul Iman, Blok M Square,
"kecerdasan itu penting, namun yang harus diingat akal itu subjektif, jadi sehebat apapun hafalan Quran/hadits jika berhenti sampai di sana (akal dan lisan), dan tidak di-tadabburi, diresapi - menjadikannya bahan introspeksi diri, dan diamalkan, maka ilmu itu akan selalu terjebak di atas kerongkongan (tidak masuk dalam hati)." 
Semua tentu atas izin, taufik, hidayah, dan karunia dari Allah. Faktanya, nikmat iman dalam Islam adalah nikmat yang paling mahal yang pernah Tuhan berikan kepada manusia. Petunjuk-petunjuk yang ada itu membenarkan bahwa Islam agama terakhir dengan membawa ajaran yang sama seperti Nabi Musa as, Nabi Isa as dan nabi lainnya, "Sembahlah Allah, Tuhan Yang Satu, jangan sekutukan Dia dengan apapun). 


Pada akhirnya jadi teringat kembali keluhan anonim di atas.
Apakah kita mau memilih untuk mengeluh pada hal yang kita butuhkan?
atau kita hanya malas berpikir?
atau malas belajar lebih banyak?





Wallahu a’lam, sungguh hanya Allah yang dapat memberi taufik dan hidayah


Semoga bermanfaat.



dan jangan lupa.... 🙂

Popular posts from this blog

SMJ #4 - Nukilan Sandungan

SMJ #2 - Cinta yang (tak) usai

10 September - Hari Pencegahan Bunuh Diri Dunia